Jumat, 30 September 2011

Membunuh Ayam dengan Listrik

Beruntung kami berkesempatan mengunjungi kota Ningbo di Cina yang indah dengan perpaduan pantai dan bukit-bukit hijau. Di kota yang tidak terlalu jauh dari Shanghai (sekitar 3 jam perjalanan darat) itu terdapat banyak industri baru yang menghasilkan berbagai produk. Salah satunya adalah Ningbo Haide Amino Acid Industry Co Ltd, yang memproduksi asam amino.
Perusahaan itu menghasilkan asam amino arginin yang diproduksi dari biji jagung. Suatu proses produksi yang relatif baru, karena biasanya arginin diproduksi dari proses fermentasi. Perusahaan tersebut ternyata juga memiliki asam amino lain di pabrik yang berbeda, yaitu asam amino sistein. Selama ini sistein memang sulit mendapatkan sertifikat halal karena kebanyakan berasal dari rambut manusia dan bulu unggas. Ada beberapa sistein halal yang diproduksi secara mikrobial, tetapi dengan harga yang lebih tinggi.

Sebagai sebuah referensi dan untuk mengetahui sejauh mana proses penggunaan bulu unggas sebagai bahan pembuatan sistein, kami menelusurinya melalui May Yu, salah seorang managernya, yang sudah cukup berpengalaman dalam produksi asam amino. Dari dia kami mencoba menelusuri, apakah ayam atau unggas yang bulunya digunakan sebagai bahan baku sistein tersebut halal atau tidak. Ataukah bulu tersebut diambil pada saat ayam tersebut masih hidup, seperti proses pengambilan bulu pada pembuatan shuttlecock (bola untuk berbain badminton)?
Ternyata pemasok bulu unggas yang dipakai industri sistein tersebut terintegrasi dengan industri ayam yang juga mensuplai kebutuhan restoran cepat saji. Artinya daging ayam tersebut dijual ke restoran cepat saji, sedangkan bulunya dipisahkan untuk dijual ke pabrik sistein.
Anehnya, ketika ditanyakan mengenai proses penyembelihan hewan tersebut May Yu justru tertawa. Entah apa maksud tertawanya, karena ia juga berkomunikasi dalam bahasa Mandarin yang tidak kami ketahui. Setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Ingris oleh salah seorang penerjemah, ia mengatakan bahwa aneh, mengapa ayam harus disembelih. Menurut dia, selama ini ayam-ayam tersebut dibunuh dengan cara disetrum listrik.
Ayam hidup itu digantung dan dijalankan pada suatu ruangan yang mengandung listrik dengan tegangan tertentu hingga mati. Setelah mati, hewan tersebut dimasukkan ke dalam air panas (dalam keadaan masih utuh), kemudian dicabut bulunya secara otomatis menggunakan mesin pencanut bulu. Bulu itulah yang kemudian digunakan sebagai bahan baku sistein. Setelah bersih dari bulu, barulah ia dibuka dan dikeluarkan isi perutnya, serta dibersihkan dari kepala dan kaki. Daging ayam itu selanjutnya dipotong-potong sesuai dengan kebutuhan.
Bagi mereka proses penyembelihan unggas sangat tidak efisien dan tidak produktif. Kalau dalam sehari mereka membunuh 50 ribu ekor ayam, mereka tidak bisa membayangkan bagaimana proses penyembelihan yang dilakukan seekor demi seekor itu bisa berlangsung. Selain itu, masih menurut mereka, proses itu juga akan mengeluarkan sebagian besar darah yang justru diyakini mempengaruhi rasa daging ayamnya.
Daging ayam yang sudah dipotong-potong itu kemudian didistribusikan ke toko-toko dan pasar. Termasuk juga ke restoran-restoran cepat saji. Itulah sebabnya ayam di restoran-restoran di negeri Cina biasanya berwarna kemerahan karena darahnya tidak keluar. Darah itu diyakini para konsumennya bisa meningkatkan cita rasa.
Selama ini kita sering berdebat mengenai kehalalan sembelihan ahli kitab ketika makan ayam di luar negeri. Karena dianggap ahli kitab, maka sebagian orang masih tidak mempermasalahkan ayam atau daging sapi yang dijual di negeri non muslim. Tetapi apa yang terjadi untuk kasus ayam yang dibunuh dengan listrik tersebut?
Islam sangat menganjurkan kehalalan dan kethoyiban makanan yang dikonsumsi umatnya. Apa-apa yang diharamkan pasti mengandung hikmah dan rahasia di dalamnya. Termasuk pengharaman bangkai dan darah.
Dari hasil penelitian ternyata terbukti bahwa di dalam keduanya terdapat berbagai bakteri yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia. Darah adalah bahan kotor tempat bersemayamnya zat-zat yang tidak sehat. Meskipun di dalamnya terdapat protein tinggi, tetapi mudharatnya jauh lebih banyak dibandingkan manfaatnya.
Dalam hal ini, ayam yang mati karena disetrum listrik itu mewakili dua hal yang diharamkan secara eksplisit dalam Alquran, yaitu bangkai dan darah. Setiap hewan yang mati tanpa proses penyembelihan bisa dihukumi sebagai bangkai. Sedangkan darah mengalir yang seharusnya dikeluarkan pada saat proses penyembelihan ternyata tidak dikeluarkan dan tetap berada di dalam jaringan ayam.
Jadi secara umum, kalau Anda makan ayam di restoran dan rumah makan di negeri Cina, dan mendapati dagingnya dengan watrna sedikit kemarahan, lupakan untuk mencoba menyantapnya. Karena hampir bisa dipastikan, pasti itu ayam yang dibunuh dengan listrik.Penulis adalah Tim Auditor LP POM MUI (kit)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar