Perusahaan itu menghasilkan asam amino
arginin yang diproduksi dari biji jagung. Suatu proses produksi yang
relatif baru, karena biasanya arginin diproduksi dari proses fermentasi.
Perusahaan tersebut ternyata juga memiliki asam amino lain di pabrik
yang berbeda, yaitu asam amino sistein. Selama ini sistein memang sulit
mendapatkan sertifikat halal karena kebanyakan berasal dari rambut
manusia dan bulu unggas. Ada beberapa sistein halal yang diproduksi
secara mikrobial, tetapi dengan harga yang lebih tinggi.
Sebagai sebuah referensi dan untuk
mengetahui sejauh mana proses penggunaan bulu unggas sebagai bahan
pembuatan sistein, kami menelusurinya melalui May Yu, salah seorang
managernya, yang sudah cukup berpengalaman dalam produksi asam amino.
Dari dia kami mencoba menelusuri, apakah ayam atau unggas yang bulunya
digunakan sebagai bahan baku sistein tersebut halal atau tidak. Ataukah
bulu tersebut diambil pada saat ayam tersebut masih hidup, seperti
proses pengambilan bulu pada pembuatan shuttlecock (bola untuk berbain
badminton)?
Ternyata pemasok bulu unggas yang
dipakai industri sistein tersebut terintegrasi dengan industri ayam yang
juga mensuplai kebutuhan restoran cepat saji. Artinya daging ayam
tersebut dijual ke restoran cepat saji, sedangkan bulunya dipisahkan
untuk dijual ke pabrik sistein.
Anehnya, ketika ditanyakan mengenai
proses penyembelihan hewan tersebut May Yu justru tertawa. Entah apa
maksud tertawanya, karena ia juga berkomunikasi dalam bahasa Mandarin
yang tidak kami ketahui. Setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Ingris
oleh salah seorang penerjemah, ia mengatakan bahwa aneh, mengapa ayam
harus disembelih. Menurut dia, selama ini ayam-ayam tersebut dibunuh
dengan cara disetrum listrik.
Ayam hidup itu digantung dan dijalankan
pada suatu ruangan yang mengandung listrik dengan tegangan tertentu
hingga mati. Setelah mati, hewan tersebut dimasukkan ke dalam air panas
(dalam keadaan masih utuh), kemudian dicabut bulunya secara otomatis
menggunakan mesin pencanut bulu. Bulu itulah yang kemudian digunakan
sebagai bahan baku sistein. Setelah bersih dari bulu, barulah ia dibuka
dan dikeluarkan isi perutnya, serta dibersihkan dari kepala dan kaki.
Daging ayam itu selanjutnya dipotong-potong sesuai dengan kebutuhan.
Bagi mereka proses penyembelihan unggas
sangat tidak efisien dan tidak produktif. Kalau dalam sehari mereka
membunuh 50 ribu ekor ayam, mereka tidak bisa membayangkan bagaimana
proses penyembelihan yang dilakukan seekor demi seekor itu bisa
berlangsung. Selain itu, masih menurut mereka, proses itu juga akan
mengeluarkan sebagian besar darah yang justru diyakini mempengaruhi rasa
daging ayamnya.
Daging ayam yang sudah dipotong-potong
itu kemudian didistribusikan ke toko-toko dan pasar. Termasuk juga ke
restoran-restoran cepat saji. Itulah sebabnya ayam di restoran-restoran
di negeri Cina biasanya berwarna kemerahan karena darahnya tidak keluar.
Darah itu diyakini para konsumennya bisa meningkatkan cita rasa.
Selama ini kita sering berdebat mengenai
kehalalan sembelihan ahli kitab ketika makan ayam di luar negeri.
Karena dianggap ahli kitab, maka sebagian orang masih tidak
mempermasalahkan ayam atau daging sapi yang dijual di negeri non muslim.
Tetapi apa yang terjadi untuk kasus ayam yang dibunuh dengan listrik
tersebut?
Islam sangat menganjurkan kehalalan dan
kethoyiban makanan yang dikonsumsi umatnya. Apa-apa yang diharamkan
pasti mengandung hikmah dan rahasia di dalamnya. Termasuk pengharaman
bangkai dan darah.
Dari hasil penelitian ternyata terbukti
bahwa di dalam keduanya terdapat berbagai bakteri yang bisa menyebabkan
penyakit pada manusia. Darah adalah bahan kotor tempat bersemayamnya
zat-zat yang tidak sehat. Meskipun di dalamnya terdapat protein tinggi,
tetapi mudharatnya jauh lebih banyak dibandingkan manfaatnya.
Dalam hal ini, ayam yang mati karena
disetrum listrik itu mewakili dua hal yang diharamkan secara eksplisit
dalam Alquran, yaitu bangkai dan darah. Setiap hewan yang mati tanpa
proses penyembelihan bisa dihukumi sebagai bangkai. Sedangkan darah
mengalir yang seharusnya dikeluarkan pada saat proses penyembelihan
ternyata tidak dikeluarkan dan tetap berada di dalam jaringan ayam.
Jadi secara umum, kalau Anda makan ayam
di restoran dan rumah makan di negeri Cina, dan mendapati dagingnya
dengan watrna sedikit kemarahan, lupakan untuk mencoba menyantapnya.
Karena hampir bisa dipastikan, pasti itu ayam yang dibunuh dengan
listrik.Penulis adalah Tim Auditor LP POM MUI (kit)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar