Teh (Camellia sinensis) merupakan
tanaman daerah tropis dan subtropis. Dari sekitar 3000 jenis teh hasil
perkawinan silang, didapat 3 macam teh hasil proses, yaitu teh hijau,
teh oolong, dan teh hitam. Teh ini biasanya diolah dengan cara merajang
daun teh untuk kemudian dijemur di bawah sinar matahari hingga mengalami
perubahan kimiawi, sebelum dikeringkan dengan mesin. Hal tersebut akan
menyebabkan warna daun menjadi coklat dan memberi cita rasa teh hitam
yang khas.
Sejumlah penelitian membuktikan teh
mempunyai kandungan vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh. Misalnya
karotin, tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), nicotinic acid,
pantothenic acid, absorbic acid (vitamin C), vitamin B6, manganese, dan
potasium. Kandungan vitamin dan mineral tersebut membuat teh memiliki
banyak khasiat bagi tubuh. Sebut misalnya untuk memperkuat daya tahan
tubuh, mencegah tekanan darah tinggi, mengoptimalkan metabolisme tubuh,
menangkal kolesterol, memperkuat gigi, mengurangi resiko keracunan
makanan, bahkan untuk mencegah kanker.
Terjadinya proses fermentasi pada produk
teh tadi, sedikit banyak mengundang pertanyaan tentang sejauhmana
kehalalannya. Namun seperti dijelaskan oleh peneliti dari LPPOM MUI,
Anton Apriyantono, jika teh itu adalah teh alami, maksudnya teh yang
hanya mengandung daun teh atau campuran daun teh dan bunga melati, maka
tidak ada masalah dari segi kehalalannya.
Akan tetapi pada saat ini, lanjut Anton,
ada teh yang dibuat dengan menambahkan perisa (flavor, bahan yang
digunakan agar teh memiliki bau tertentu yang diinginkan) seperti perisa
melati. “Titik kritis teh yang dibuat dengan menambahkan perisa
(flavor) ini ada pada perisa yang digunakan,” tegasnya.
Kekhawatiran ketidakhalalan perisa dapat
disebabkan karena beberapa hal, yaitu: pelarut yang digunakan,
diantaranya etanol dan gliserol, bahan dasar pembuatannya, serta asal
bahan dasar yang digunakan. Etanol tidak diperkenankan digunakan sebagai
pelarut akhir komponen-komponen flavor. Sebagai gantinya, kata Anton,
dapat digunakan propilen glikol, walaupun toksisitas propilen glikol
tidak lebih baik dari alkohol.
Gliserol yang digunakan sebagai pelarut
tidak boleh berasal dari hasil hidrolisis lemak hewani. “Untungnya
secara komersial kebanyakan gliserol merupakan hasil sintesis organik
dengan menggunakan bahan dasar yang berasal dari minyak bumi,” terangnya
lagi.
Sekilas tentang perisa
Perisa nabati — seperti yang digunakan untuk teh — umumnya berasal dari bahan halal. Sementara untuk menghasilkan flavor daging diperlukan base yang dibuat dari hasil reaksi asam amino atau protein hidrolisat, gula dan kadang-kadang lemak atau turunannya. Selain itu, pada waktu formulasi untuk flavor daging ayam misalnya seringkali diperlukan lemak ayam, sehingga perlu jelas dari mana asalnya.
Perisa nabati — seperti yang digunakan untuk teh — umumnya berasal dari bahan halal. Sementara untuk menghasilkan flavor daging diperlukan base yang dibuat dari hasil reaksi asam amino atau protein hidrolisat, gula dan kadang-kadang lemak atau turunannya. Selain itu, pada waktu formulasi untuk flavor daging ayam misalnya seringkali diperlukan lemak ayam, sehingga perlu jelas dari mana asalnya.
“Dalam pembuatan flavor daging kadang
digunakan pula ekstrak daging sehingga harus jelas pula jenis daging dan
cara penyembelihan hewannya,” ungkapnya. Yang sering menjadi masalah
adalah fusel oil dan turunannya. fusel oil diperoleh terutama sebagai
hasil samping industri pembuatan minuman beralkohol, khususnya distilled
beverages, yaitu diperoleh sebagai salah satu fraksi dalam distilasi
hasil fermentasi alkohol. Karena diperoleh dengan memanfaatkan hasil
samping minuman beralkohol (khamar) maka jelas fusel oil tidak
diperkenankan digunakan oleh umat Islam.
Beberapa bahan flavor diperoleh dari
hewan. Contohnya adalah civet (dari kucing civet yang banyak hidup di
pegunungan Himalaya, diambil dari kelenjar susunya pada saat hewan itu
masih hidup), musk oil (dari sejenis musang hidup), dan castoreum (dari
hewan berang-berang). Walaupun sudah jarang ditemukan dalam formulasi
flavor, akan tetapi kadang-kadang penggunaan bahan flavor dari hewani
ini masih ditemukan pada flavor yang dibuat dengan menggunakan formula
lama. Dan untungnya, tak ada teh rasa sapi atau ayam!
Sumber: Republika 14 Mei 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar