Mengapa susu murni yang berasal dari
sapi atau kambing bisa menyatu? Padahal di dalamnya terdapat air dan
lemak (lemak susu) secara bersamaan? Itulah dahsyatnya sebuah emulsi.
Keduanya bisa bersatu karena terdapat bahan pengemulsi (emulsifier)
alamiah, berupa protein yang menjembatani antara keduanya.
Protein memiliki gugus polar di satu
sisi dan memiliki gugus non polar di sisi lain. Oleh karena itu ujung
polar akan berikatan dengan air dan non polarnya berikatan dengan lemak.
Maka terjadilah emulsi yang menyebabkan keduanya kelihatannya seperti
bercampur.
Makanan atau minuman olahan yang terdiri
dari lemak/minyak dan air secara bersamaan maka di dalamnya pasti ada
bahan pengemulsi. Sebab jika tidak ditambahkan bahan tersebut maka akan
terjadi pemisahan antara keduanya. Bahan pengemulsi inilah yang perlu
diwaspadai dari segi kehalalan, karena tidak semua pengemulsi itu halal.
Secara umum bahan pengemulsi terdiri
dari emulsifier alami dan emulsifier buatan (sintetis). Pengemulsi alami
dibuat dari bahan-bahan yang berasal dari alam. Misalnya dari biji
kedelai, kuning telur dan sebagainya. Di dalam biji kedelai terdapat
minyak yang cukup tinggi, di samping air. Keduanya dihubungkan oleh
suatu zat yang disebut lecithin. Bahan inilah yang kemudian diambil atau
diekstrak menjadi bahan pengemulsi yang bisa digunakan dalam
produk-produk olahan.
Sebenarnya lecithin ini secara alami
terdapat juga pada biji-bijian lain serta dalam produk hewani, seperti
telur dan otak. Tetapi kandungan lecithin yang mudah dan murah untuk
digunakan adalah yang terdapat pada biji kedelai.
Jika lecithin tersebut berasal dari biji
kedelai, maka dari segi kehalalan akan lebih aman. Tetapi tidak menutup
kemungkinan lecithin tersebut diekstrak dari bahan-bahan lain, seperti
telur dan otak binatang. Selain itu untuk meningkatkan efektifitas
pengemulsian, pada lecithin tersebut kadang-kadang masih ditambahkan
enzim tertentu. Enzim inipun perlu diwaspadai kehalalannya, karena bisa
berasal dari sumber yang tidak halal.
Adapun bahan pengemulsi buatan atau
sintetis ini berasal dari rekayasa manusia untuk menghasilkan jembatan
antara minyak dan air. Meskipun disebut sintetis, tetapi tidak
sepenuhnya berasal dari bahan sintetis. Hanya proses pembuatannya saja
yang dirancang secara buatan manusia, tetapi bahan-bahannya sering
berasal dari bahan alami.
Seperti diketahui, lemak atau minyak
merupakan trigliserida dengan satu gugus gliserol yang memiliki tiga
tangan, yang masing-masing berikatan dengan asam lemak. Asam lemak
inilah yang bersifat non polar. Sedangkan gliserol sendiri bersifat
polar. Dengan demikian ketika satu atau dua asam lemaknya dilepaskan
dari tangan gliserol, maka akan dihasilkan monogliserida atau
digliserida yang masing-masing hanya memiliki satu dan dua gugus asam
lemak. Asam lemak yang tersisa bisa berikatan dengan lemak, sedangkan
tangan gliserol yang kosong bisa berikatan dengan air. Maka jadilah mono
dan digliserida yang berfungsi sebagai penghubung antara air dan minyak
atau menjadi emulsifier sintetis.
Bahan buatan manusia itu sebenarnya
berasal dari lemak yang direkayasa. Sementara sumber lemaknya sendiri
bisa bermacam-macam, ada yang berasal dari minyak bumi (sintetis) ada
pula yang berasal dari lemak nabati (tumbuhan) maupun hewani. Untuk
aplikasi emulsi pada bahan makanan lebih diutamakan penggunaan lemak
dari tumbuhan dan hewan, karena yang berasal dari minyak bumi tidak food
grade.
Nah, sumber lemak inilah yang perlu
dikaji dengan baik, khususnya menyangkut halal dan tidaknya. Jika
berasal dari lemak tumbuhan, mungkin masih lebih aman. Namun ketika
sudah bicara dari lemak hewani, maka tentunya harus dikaji lagi, apakah
hewannya halal atau tidak. Khusus untuk hewan halalpun masih harus
dilihat, apakah proses penyembelihannya sesuai dengan syariat Islam
ataukah tidak. Selain itu proses pemotongan salah satu atau dua asam
lemak dari trigliserida tersebut juga menggunakan enzim lipase yang
perlu diteliti, apakah berasal dari sumber yang halal ataukah tidak.
Oleh karena itu, ketika kita
mengkonsumsi produk-produk emulsi, seperti cokelat, margarin, susu bubuk
instan, es krim, dan sebagainya, jangan lupa melihat bahan pengemulsi
yang dipakai. Keterangan ini biasanya terdapat pada ingredient bahan
yang terdapat pada kemasannya. Hendra Utama dan Nur Wahid, Auditor LPPOM
MUI.
Sumber: Republika 28 Juli 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar