Jakarta, Kortisol merupakan hormon steroid yang
terlibat dalam respons stres pada manusia. Pada orang yang mengalami
fobia aneh, mengonsumsi suplemen kortisiol bisa meredakan kepanikan
akibat fobia.
Fobia merupakan suatu ketakutan yang intens namun
tidak realistis yang dapat mengganggu kemampuan untuk bersosialisasi,
bekerja atau melakukan aktivitas pada kehidupan sehari-hari.
Fobia
biasanya disebabkan oleh sebuah peristiwa, objek atau situasi.
Sedangkan fobia spesifik adalah ketakutan terhadap situasi atau objek
tertentu. Contoh umum dari fobia spesifik antara lain fobia ular,
anjing, eskalator, lift, tempat tinggi atau ruang terbuka.
Salah
seorang penderita fobia yang aneh adalah Michelle Clement yang
pekerjaannya adalah ahli zoology dan organismal biology dari Ohio State
University. Clement mengalami fobia muntah (emetophobia) yang masuk
kategori fobia spesifik.
Fobia yang dialami perempuan tersebut
sudah sangat mengganggu karena saat muntah waktunya tidak dapat
dihindari dan kadang-kadang kejadiannya tak terduga. Ia tidak bisa
mengontrol fobia tersebut dan akibat kehilangan kontrol itu,
menyebabkannya panik dan histeris.
Michelle mengaku fobia
terhadap muntahan orang lain karena dengan melihat dan membaui muntahan
orang lain dapat menyebabkan dirinya ikut menjadi muntah.
Seperti dikutip dari Scientific American,
Jumat (30/9/2011), para ilmuwan kini melihat peluang kortisol sebagai
pereda fobia-fobia aneh tersebut. Karena hormon kortisol keluar saat
tubuh stres dan kadar glukokortikoid yang rendah dalam darah sama
seperti kondisi yang terjadi saat fobia datang.
Fungsi utama dari
kortisol adalah untuk meningkatkan gula darah melalui proses
glukoneogenesis, menekan sistem kekebalan tubuh dan membantu metabolisme
lemak, protein, dan karbohidrat. Berbagai bentuk sintetik kortisol
digunakan untuk mengobati berbagai penyakit.
Atas
pertimbangan tersebut suplementasi kortisol diyakini dapat untuk
membantu terapi yang dilakukan untuk mengatasi fobia spesifik.
Pengobatan fobia spesifik dapat dengan kombinasi psikoterapi dan
obat-obatan dapat cukup efektif. Selain itu, dapat juga dengan perawatan
secara psikologis, yaitu perawatan kesehatan mental.
Dalam studi
ini, peneliti membandingkan dua kelompok orang yang menjalani terapi
untuk fobia ketinggian. Kelompok pertama menerima terapi plasebo dan
kelompok kedua menerima 20 mg kortisol satu jam sebelum sesi terapi.
Namun,
masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat apakah
pengobatan kortisol dapat tetap efektif untuk penggunaan jangka panjang
untuk membantu terapi fobia spesifik. Penelitian sebelumnya telah
menunjukkan bahwa kortisol juga dapat bermanfaat untuk membantu terapi
arachnofobia dan fobia sosial.
(mer/ir)
Redaksi: redaksi[at]detikhealth.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar