Untuk perisa yang akan digunakan dalam
bahan pangan berlemak maka pelarutnya biasanya minyak nabati atau
gliserol. Ada pula perisa emulsi yang biasanya tersusun dari
bahan-bahan kimia yang kurang larut air sehingga harus dibuat menjadi
emulsi agar bisa larut air, untuk itu diperlukan bahan pengemulsi
(emulsifier). Bahan lain seperti pewarna bisa ditambahkan jika
diperlukan.
Kedua, pembuatan senyawa-senyawa flavor
dari prekursornya, biasanya dibuat dengan cara enzimatis atau reaksi
kimia menggunakan pemanasan. Flavor yang dihasilkan sering disebut
process flavour. Dengan cara inilah base flavour daging dibuat yaitu
dengan cara mereaksikan asam amino (diantaranya L-sistein yang
terpenting) dengan gula (xilosa, gluosa, dll) atau senyawa karbonil.
Perisa daging kemudian dibuat dengan cara menambahkan aroma chemicals
kedalam base, dan bahan-bahan pembantu lainnya seperti garam,
rempah-rempah dan MSG. Untuk membuat flavor keju maka lemak susu
dipecah-pecah dengan menggunakan enzim seperti enzim protease dan lipase
sehingga terbentuk berbagai senyawa diantaranya kelompok 2-alakon yang
terpenting yang berperan dalam pembentukan flavor keju.
Ketiga, pencampuran flavor alami (minyak
atsiri, oleorisin, dll) dengan aroma chemicals. Ini biasanya dilakukan
untuk membuat perisa jeruk-jerukan karena aroma jeruk sulit diperoleh
jika hanya mengandalkan aroma chemicals saja. Karena minyak atsiri
tidak larut dalam air, maka perisa yang dibuat biasanya dalam bentuk
perisa emulsi (supaya bisa digunakan untuk bahan pangan aqueous) dimana
untuk ini diperlukan bahan pengemulsi. (Jurnal Halal LP POM MUI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar