Kamis, 29 September 2011

Menjajal Sambal Jangkrik Khas Bali Menjadi salah satu menu petualangan rasa dalam festival kuliner Bali.

VIVAnews - Di tengah eksotika kuliner nusantara yang tengah naik pamor, sajian Betutu tak pernah tersingkir dari petualangan rasa khas Bali. Menjadi primadona di tengah sajian khas lainnya seperti lawar, sate lilit, dan tum.

Betutu merupakan salah saju masakan kebanggaan masyarakat Bali. Bahan utamanya ayam atau bebek yang dibungkus daun pisang. Setelah dibalut lagi dengan pelepah pinang, ayam atau bebek ditanam dalam lubang di tanah dan ditimbun bara api selama 6-7 jam hingga matang.

Namun, pengolahan tradisional itu nyatanya sulit dipraktekkan lagi. Di zaman modern, masyarakat cukup membungkus ayam atau bebek yang telah dibalur bumbu khas betutu, mengukusnya selama sesaat, lalu memanggangnya selama sekitar satu jam.

Sajian ini juga menjadi andalan dalam festival masakan Bali di Peacock Café, Hotel Sultan Jakarta, yang digelar sejak 19 sampai 31 September mendatang. "Bebek Betutu yang paling banyak dicari dan selalu habis," kata salah chef yang menangani penyajian menu khas tersebut.

Sajian Bebek Betutu mengantarkan petualangan rasa khas Bali dalam festival bulanan tersebut. Tersaji dengan aneka menu khas lainnya, seperti sate lilit ayam, sate lilit sapi, tum ayam, dan tum sapi. Tum adalah masakan khas Bali yang wujudnya menyerupai pepes.

Melonggok menu-menu yang tersaji mulai jam makan siang hingga jam makan malam itu, Anda mungkin akan sulit mengidentifikasi menu-menu yang ada. Tak semua menu menampilkan keterangan nama masakan. Jika penasaran, Anda harus aktif bertanya kepada pramusaji yang kebetulan melintas atau menambah stok.

Yang sulit terlewat dari pandangan mata adalah sajian aneka sambal yang menggelitik rasa penasaran. Setelah bertanya, seorang chef beberapa nama sambal yang cukup asing di telinga: sambal matah, sambal sere tabia, sambal terong, sambal jangkrik, sambal keluwek, dan sambal kecicang.

Sang chef menjelaskan, aneka sambal itu terbuat dari bahan dasar sama, yaitu serai, kencur, jeruk, dan jahe. Yang membedakan hanya segi warna, seperti merah dan kuning. "Karena warna ini merupakan identik warna Bali. Sambel-sambel ini disajikan dengan bungkus daun pisang," ujarnya.

Petuangan rasa semakin lengkap dengan sentuhan kain-kain khas Bali yang membalut sejumlah sandaran kursi dan pilar-pilar di cafe tersebut. Pramusaji juga tampil dengan aksesori khas Bali, seperti bunga di telinga dan ikat kepala.

Peacock Café - The Sultan Hotel Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta
Telepon: 021 570-3600 / Fax 573-3055
Harga: Rp 179.000,++ /orang dewasa dan 89.500,++ / anak (all you can eat buffet)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar