August 10th, 2009
Kerupuk
kulit memang sudah menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari lidah
konsumen orang Indonesia. Penggemarnya sangat banyak, yang berasal dari
berbagai kalangan. Kerupuk yang gurih dan renyah inipun cocok
dipasangkan dengan makanan apa saja. Ia bisa menemani soto, baso, nasi
padang, bubur ayam, dan berbagai jenis masakan lainnya. Bahkan dimakan
sendirian pun enak juga.
Konsumsi kerupuk kulit di Indonesia
sangatlah besar. Anda akan dengan mudah mendapatkannya di berbagai
warung dan restoran. Memang secara statistik belum didapatkan angka
pasti mengenai jumlah kuantitatif konsumsi kerupuk kulit di Indonesia.
Tetapi melihat animo masyarakat yang begitu besar dan keberadaannya yang
tersebar luas, kita pantas menduga bahwa konsumsi kerupuk ini sangat
besar.
Besarnya permintaan kerupuk kulit ini
tentunya mendatangkan hikmah bagi industri kecil yang bergerak di bidang
tersebut. Tetapi dari hasil pantauan kami terhadap beberapa industri
kecil kerupuk kulit di Sidoarjo dan Jember, Jawa Timur, justru
menunjukkan fakta yang sebaliknya.
Beberapa industri yang skalanya masih
industri rumah tangga (IRT) itu mengeluh tidak dapat berproduksi secara
kontinyu. Beberapa IRT tersebut mengaku sulit mendapatkan bahan baku
kulit yang dibutuhkannya. Kalaupun ada harganya sudah melambung sangat
tinggi, karena minimnya pasokan dan banyaknya permintaan. Kesulitan
bahan baku ini bahkan telah memaksa beberapa penghasil kerupuk kulit di
Jember terpaksa harus menghentikan produksinya.
Dalam beberapa tahun terakhir ini,
produksi peternakan sapi lokal kita memang mengalami stagnansi. Untuk
memenuhi kebutuhan daging sapi, maka daging impor pun didatangkan dari
negara-negara Australia, Selandia Baru, dan Amerika. Daging tersebut
didatangkan dalam bentuk daging beku tanpa tulang dan tanpa kulit.
Sedangkan kulit lokal yang bagus, selain untuk keperluan pangan, juga
digunakan untuk kerajinan kulit, seperti sepatu, tas, dan jaket. Oleh
karena itu wajar jika kulit untuk keperluan kerupuk menjadi langka dan
sulit didapatkan.
Lalu pertanyaannya, kerupuk kulit yang
beredar dan banyak dikonsumsi masyarakat itu berasal dari
mana?Sebagaimana angka konsumsi, data produksi kerupuk kulit ini juga
sulit didapatkan. Apalagi kebanyakan industri yang membuatnya adalah
industri kecil atau industri rumah tangga yang sulit dipantau
keberadaannya. Dari hasil penelusuran informasi kepada para pengusaha
kerupuk kulit didapatkan fakta bahwa beberapa industri kerupuk kulit
tersebut menggunakan bahan baku kulit impor.
Kulit sapi impor itu konon didatangkan
dari Korea dan Cina, meskipun data secara pastinya belum didapatkan.
Untuk mendapatkan bahan baku tersebut, para pengusaha kerupuk tidak
mampu mengimpor sendiri. Mereka mendapatkan dari para pemasok dan
pedagang besar yang mampu mengimpor secara langsung dari luar negeri.
Perdagangan kulit impor ini terjadi secara sembunyi-sembunyi, tidak bisa
dilakukan di pasar-pasar umum. Bahkan pengusaha kerupuk yang tidak tahu
informasi ini juga sulit mendapatkan bahan baku tersebut.
Jika benar kulit yang dipakai industri
kerupuk tersebut didapatkan dari impor, apalagi dari negara-negara
non-Muslim, akan mendatangkan masalah dan pertanyaan besar, apakah kulit
tersebut dijamin kehalalannya? Dari hewan yang menghasilkan kulitnya,
kita masih bisa mempertanyakan, apakah hewan tersebut benar-benar sapi
ataukah babi? Sebab kulit sapi dan kulit babi ketika diproses menjadi
kerupuk akan menghasilkan jenis kerupuk yang mirip. Bagi orang awam akan
sulit membedakan antara kerupuk kulit sapi ataukah kulit babi.
Kalaupun seandainya memang benar kulit
sapi, kita masih akan bertanya, apakah sapi tersebut disembelih secara
halal ataukah tidak? Jika berasal dari negara seperti Korea dan Cina,
akan sulit mendapatkan sapi yang disembelih secara Islam.
Kalau demikian, bagaimana status
kehalalan kerupuk kulit yang setiap hari disajikan di warung-warung dan
kita makan? Memang sulit menentukan status kehalalannya. Secara fisik
menggunakan pandangan mata biasa, akan sulit menentukan kehalalan
kerupuk kulit tersebut. Apalagi jika sudah disajikan secara rapi dan
dikemas di dalam plastik.
Namun sekedar tips kecil, Anda sebaiknya
waspada terhadap kerupuk kulit yang warnanya lebih putih, penampakannya
lebih halus, lebih empuk dan lubang udaranya kecil-kecil. Lebih dari
itu memang sebaiknya kita waspada terhadap makanan yang gurih dan renyah
ini. tim lppom mui (republika)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar