Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:”Di antara keindahan hikmah Allah Subhanahu wa Ta'ala
dalam penciptaan kayu adalah, bahwasanya Dia menciptakan kayu tersebut
mengapung di atas air. Hal itu adalah untuk sebuah hikmah yang mendalam,
karena seandainya tidak demikian maka ia tidak mungkin kapal-kapal (di
zaman Ibnul Qayyim rahimahullah, yang mana perahu saat itu
terbuat dari kayu) bisa membawa beban-beban dan barang-barang sebesar
gunung, berlayar kesana kemari membelah samudera. Seandainya tidak
demikan niscaya sarana ini (kapal) tidak mungkin siap melayani manuisa
untuk mengangkut barang dagangan dan perlengkapan mereka yang banyak,
serta membawanya dari satu negara ke negara lain (lewat jalan air). Yang
mana kalau barang-barang tersebut diangkut lewat jalan darat, niscaya
akan sangat besar beban yang ditanggung manusia untuk mengangkutnya,
yang pada akhirnya akan terganggn penyaluran kebutuhan-kebutuhan
manusia.”
Beliau rahimahullah melanjutkan:”Dan
mungkin saja anda bertanya, apa hikmah keberadaan tumbuh-tumbuhan yang
tersebar di padang pasir, tanah yang tak berpenghuni dan di
gunung-gunung yang tidak ada penghuninya?”. Dan mungkin anda menyangka
bahwa hal tersebut adalah tambahan yang tidak dibutuhkan dan tidak ada
manfaat dalam penciptaannya. Dan keyaknian seperti ini adalah menurut
kadar akal dan ilmu. Maka betapa banyak hikmah dan tanda-tanda keagungan
sang Pencipta yang ada dalam penciptaan tumbuh-tumbuhan tersebut. Di
antara hikmahnya adalah bahwa tumbuh-tumbuhan itu adalah makanan bagi
binatang buas, burung dan binatang melata, ia juga sebagai tempat
tinggal binatang-bnatang tersebut, yang mana anda tidak melihatnya di
bawah dan di atas bumi. Ia laksana meja makan yang Allah Subhanahu wa Ta'ala
siapkan untuk burung-burung dan binatang tersebut. Mereka
mengkonsumsinya sesuai kebutuhan mereka dan mereka meninggalkan sisanya,
sebagaimana jamuan makanan yang banyak dan melimpah untuk tamu tersisa
karena kelapangan rizki pemilik makanan, kekayaannya yang sempurna, dan
banyaknya ia memberi nikmat.”
(Sumber: تأملات ابن القيم في الأنفس و الأفاق Darul Huda Linnasyr wat Tauzi’, Riyadh hal 315-316. Diterjemahkan dan diposting oleh Abu Yusuf Sujono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar