Roti kini sudah menjadi salah satu makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Bahkan di kalangan remaja dan anak-anak, posisi makanan itu telah mulai menggeser nasi sebagai sumber karbohidrat utama. Tetapi sejauh ini tidak banyak masyarakat yang mengetahui bahan dan proses pembuatan roti, sedemikian juga tidak banyak yang tahu titik kritis keharamannya.
Jenis roti yang beredar saat ini sangat
beragam. Secara umum roti biasanya dibedakan menjadi roti tawar dan roti
manis atau roti isi. Roti tawar adalah roti yang tidak ditambahkan rasa
atau isi apapun, sehingga rasanya tawar. Biasanya konsumen menambahkan
sendiri isinya sesuai dengan keinginan dan selera masing-masing. Bisa
diolesi margarin, ditaburi cokelat mesis, diisi keju, diolesi selai
buah, diisi telur, daging, atau kombinasi dari berbagai bahan tersebut.
Sedangkan roti isi, sudah ditambahkan
rasa atau isi tertentu ke dalam adonan roti tersebut, sehingga konsumen
tinggal menyantapnya. Isi yang biasa dimasukkan ke dalam roti ini adalah
cokelat, berbagai selai buah, keju, daging, sosis, kacang, sarikaya dan
sebagainya.
Bahan baku utama yang digunakan untuk
membuat roti adalah tepung terigu. Namun demikian tidak semua terigu
bisa dipakai. Jenis terigu yang biasa dipakai untuk pembuatan roti
adalah terigu dengan kandungan gluten atau protein gandum yang tinggi.
Gluten ini berguna untuk mengembangkan adonan roti, sehingga roti
menjadi empuk.
Agar adonan roti bisa mengembang, maka
ditambahkan gula, ragi roti dan soda kue. Ragi roti merupakan sejenis
kapang (yeast) yang hidup dengan menggunakan gula yang ditambahkan di
dalam adonan sebagai nutrisi dan menghasilkan gas. Gas inilah yang
membuat adonan roti mengembang dan terbentuk rongga-rongga. Fungsi yang
sama juga diberikan oleh soda kue. Namun gas dan rongga yang dihasilkan
oleh soda kue ini lebih besar dan kasar, sehingga roti yang dihasilkan
juga lebih kasar. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang baik
biasanya dikombinasikan antara keduanya.
Untuk memproduksi roti yang lembut dan
enak dikunyah, biasanya juga ditambahkan lemak, berupa mentega putih
atau shortening dan bahan pelembut. Shortening adalah lemak yang
berbentuk padat dan berwarna putih, bisa terbuat dari lemak hewani
ataupun tumbuh-tumbuhan. Sedangkan bahan pelembut yang sering digunakan
dalam pembuatan roti adalah berupa campuran dari mono dan di gliserida
serta berbagai asam amino. Mono dan di gliserida merupakan turunan dari
lemak yang telah dipotong rantai asam lemaknya, sehingga mampu mengikat
air dan lemak. Sedangkan asam amino adalah turunan dari protein yang
dipotong-potong menjadi senyawa yang lebih sederhana. Misalnya asam
amino sistein yang berasal dari bulu binatang, rambut manusia atau hasil
dari proses fermentasi. Asam amino tersebut di dalam adonan roti
menghasilkan tekstuir yang lebih lembut, sehingga lebih mudah dikunyah
dan lebih enak.
Titik Kritis
Titik Kritis
Dari berbagai bahan yang digunakan dalam
pembuatan roti, baik dalam roti adonan roti maupun isinya, ada beberapa
bahan yang perlu dicermati asal-usulnya. Pertama adalah sumber lemak
atau shortening yang digunakan. Bahan tersebut berasal dari lemak atau
minyak, baik yang berasal dari tumbuhan maupun hewan. Lemak yang berasal
dari hewan tentu saja mengundang kecurigaan, apakah dari hewan yang
halal ataukah haram. Untuk industri roti di tanah air kemungkinan besar
memang menggunakan shortening dari minyak sawit. Namun demikian, untuk
roti-roti tertentu kadang-kadang juga menggunakan shortening hewani,
karena bahan tersebut dapat menghasilkan roti dengan rasa yang lebih
gurih dan lembut.
Lemak yang berasal dari hewan bisa
berupa lemak sapi (tallow), lemak babi (lard) atau lemak susu (cream).
Untuk lemak babi sudah cukup jelas statusnya. Sedangkan lemak sapi,
meskipun hewannya halal, tetapi jika tidak disembelih menurut aturan
Islam maka lemak sapi tersebut juga akan menjadi haram.
Bahan pengembang atau pelembut yang
berupa turunan lemak atau asam amino juga perlu dikaji lebih lanjut,
apakah bersumber dari bahan halal ataukah haram. Sebab pada kenyataannya
bahan-bahan tersebut sampai saat ini masih diimpor dari negara lain.
Kebanyakan dari negara-negara non muslim.
Bahan yang juga perlu dicermati dari
segi kehalalan adalah isi yang ditambahkan ke dalam roti. Saat ini
banyak roti ditawarkan dengan berbagai isi dan rasa yang menarik.
Misalnya roti isi keju, isi daging, isi sosis dan sebagainya.
Bahan-bahan tersebut perlu diteliti, apakah halal ataukah tidak. Keju
adalah salah satu bahan yang sering digunakan untuk isi roti. Meskipun
berasal dari susu, namun proses pemisahan keju dan cairan susu (whey)
menggunakan renet. Renet adalah sejenis enzim yang memecah protein,
sehingga kejunya akan menggumpal dan terpisah dari cairannya. Rennet ini
bisa berasal dari fermentasi (microbial rennet), lambung anak sapi
atupun lambung babi.
Daging yang dipakai sebagai bahan
pengisi juga harus dilihat kehalalannya. Jika daging tersebut berupa
daging dari hewan halal, maka perlu dilihat juga proses
penyembelihannya. Selain dalam bentuk daging giling, abon juga sering
dipakai untuk bahan isian roti. Dalam bentuk abon ini kehalalan daging
lebih sulit dideteksi. Sebab dalam proses pembuatannya protein daging
tersebut sudah mengalami perubahan bentuk yang sulit dianalisa, apakah
berasal dari daging halal atau haram. Pada kenyataannya banyak juga abon
daging babi yang beredar di pasar. Oleh karena itu isi abon tersebut
perlu juga dicermati dengan baik.
Akhirnya, boleh-boleh saja kita sarapan
atau makan roti sebagai salah satu sumber gizi bagi keluarga. Akan
tetapi kewaspadaan dan ketelitian dalam membeli produk tersebut perlu
dijaga, agar tidak terjerumus kepada produk yang syubhat atau bahkan
haram.
Sumber: Jurnal Halal Edisi 58.
Sumber: Jurnal Halal Edisi 58.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar