Senin, 26 Desember 2011

Kenali Kemasan Makanan dan Minuman Kita (Bagian 3)


Dampak Plastik Bagi Kesehatan
Sebelumnya, saya telah jelaskan mengenai apa itu kemasan plastik. Saya juga telah mengajak Anda untuk mengetahui apa saja zat aditif dalam kemasan plastik hingga mengenal kode-kode tanda pengenal plastik beserta arti kode-kode tersebut. Nah, setelah mengetahui semua itu, Anda pasti bertanya-tanya, adakah dampak buruk dari pengunaan kemasan plastik sehari-hari terhadap kesehatan kita?
Dampak Negatif Penggunaan Plastik Terhadap Kesehatan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa salah satu jenis zat yang dapat bermigrasi dari plastik ke bahan makanan yang dikemas yaitu yang disebut plasticizer (pemlastis). Beberapa contoh pemlastis yaitu PCB (Polychlorine biphenyl), DEHA (Bis(2-ethylhexyl) adipate), dan ESBO (epoxidized soybean oil).
PCB sekarang sudah dilarang penggunaanya sehubungan dengan efeknya yang dapat menimbulkan kematian jaringan dan kanker pada manusia (karsinogenik). Tanda dan gejala dari keracunan ini berupa pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, serta tangan dan kaki lemas. Sedangkan pada wanita hamil, mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat.
DEHA mempunyai aktivitas mirip dengan hormon estrogen. Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusakkan sistem peranakan dan menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker hati. Untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi jika setiap hari kita terkontaminasi oleh DEHA, maka sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan lain yang tidak mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat dari Polyethylene (PET, LDPE atau HDPE) atau bahan alami (seperti daun pisang).
ESBO biasanya juga digunakan sebagai insektisida. Penelitian mengenai pengaruh ESBO terhadap kesehatan manusia masih sangat sedikit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Norwegian Scientific Committee for Food Safety (2005), menyebutkan ESBO tidak bersifat karsinogenik, genotoksik, atau mempunyai efek racun terhadap reproduksi dan pertumbuhan. Tetapi meskipun begitu, masuknya ESBO ke dalam tubuh melebihi nilai TDI nya sebaiknya tidak sampai terjadi sehingga bisa mengurangi kemungkinan buruk yang bisa saja ditimbulkannya. European Commission Scientific Committee for Food (SCF) menentukan TDI (Tolerable Daily Intake) untuk ESBO yaitu 1 mg/kg berat badan per hari. Hasil penelitian tadi menyebutkan juga bahwa ESBO pada tikus percobaan menyebabkan sedikit perubahan pada rahim, hati dan berat ginjalnya. Bagi lingkungan, ESBO mampu membunuh zooplankton.
Bahaya lain dari plastik adalah jika kita membakar bahan-bahan yang terbuat dari plastik. Pembakaran ini mengeluarkan asam beracun yang apabila terhirup dapat menyebabkan gangguan pada kesuburan dan sperma bisa menjadi tidak subur. Plastik PVC yang dibakar akan melepaskan DEHA yang dapat mengganggu keseimbangan hormon estrogen, kerusakan kromosom dan menyebabkan bayi lahir dalam kondisi cacat.
Tips aman menggunakan kemasan plastik
Setelah mengetahui bahaya dari plastik di atas, maka agar kita terhindar dan meminimalkan bahaya dari kemasan plastik tersebut, ikuti tips-tips berikut ini:
  1. Gunakan kemasan plastik berkode PET 1, V 3, PS 6, dan PC 7 dengan tepat dan benar karena seluruhnya memiliki bahaya secara kimiawi. Gunakan sekali pakai saja.
  2. Plastik berkode HDPE 2, LDPE 4, PP 5 dan SAN atau ABS 7 lebih aman digunakan berulang kali.
  3. Hindari penggunaan tas kresek berwarna hitam untuk membungkus makanan panas, karena bila zat warna ini terkena panas, bisa terurai atau terdegradasi menjadi bentuk zat radikal beracun yang berbahaya bagi kesehatan terutama dapat menyebabkan sel tubuh berkembang tidak terkontrol seperti pada penyakit kanker. Cobalah untuk mulai menggunakan kemasan berbahan kain untuk membawa sayuran, makanan, ataupun belanjaan.
  4. Untuk botol susu bayi, gunakan yang berbahan kaca, atau dari plastik jenis LDPE 4 atau PP 5. Demikian juga untuk cangkir bayi gunakan dari bahan stainless steel, atau plastik jenis LDPE 4 atau PP 5.
  5. Untuk dot, gunakan yang berbahan silikon, karena tidak akan mengeluarkan zat karsinogenik sebagaimana pada dot berbahan latex. Selain itu, jangan menggunakan lubang penghisap untuk botol susu bayi dan gelas bayi yang berbahan jenis 7 PC (polycarbonate).
  6. Hindari penggunaan botol plastik bekas minuman untuk menyimpan air minum seperti yang biasa digunakan untuk tempat air putih dalam kulkas.
  7. Gunakan botol/cup plastik berbahan PET 1 dan HDPE 2 hanya sekali pakai dan segera dihabiskan. Gunakan botol minum plastik yang berbahan LDPE 4 atau PP 5 yang bisa digunakan berulang kali.
  8. Jangan menggunakan cup plastik untuk menyeduh teh atau minuman panas. Gunakan cup plastik tahan panas berkode HDPE 2 bila akan menggunakan untuk bahan panas.
  9. Jangan menggunakan kemasan plastik yang tidak diperuntukan untuk microwave untuk memanaskan makanan dengan microwave.
  10. Hindari penggunaan piring dan alat makan plastik yang tidak food grade untuk masakan terutama. Gunakanlah alat makan berbahan stainless steel, kaca, keramik, kayu, dan plastik yang berkode food grade.
  11. Jika membeli AMDK, minuman berperisa atau jus dalam kemasan plastik (botol atau cup) yang dijual di jalan, mintalah/pilihlah yang tidak terkena panas matahari. Biasanya AMDK yang dijual tersebut (dipajang) telah terpapar panas matahari dalam waktu yang cukup lama.
  12. Dan yang terakhir, gunakan bahan plastik sebagai pilihan terakhir untuk mengemas makanan/minuman atau gunakan kemasan plastik yang memang diperuntukkan untuk mengemas makanan (food grade) dengan melihat kode yang tertera pada bagian bawah kemasan tersebut.
Semoga pengetahuan tentang kemasan ini bisa membantu kita memilih jenis kemasan plastik yang aman dan tepat untuk makanan dan minuman sehingga tidak membahayakan diri kita. Nah, sudah amankah kemasan plastik yang kita gunakan sehari-hari?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar